Viral! Istri Tulis Kekurangan Suami, Tapi Jawabannya Justru Bikin Mewek

Lembar Kosong yang Penuh Cinta

Malam itu, langit tampak tenang. Di ruang makan yang sederhana namun hangat, sepasang suami istri duduk berhadapan, menikmati makan malam yang mereka siapkan bersama. Ada keheningan lembut di antara mereka—bukan karena ada masalah, tetapi karena masing-masing sedang tenggelam dalam pikiran.

Tiba-tiba, sang istri menatap suaminya sambil tersenyum.
“Suamiku sayang,” ujarnya lembut, “bolehkah aku usul sesuatu?”

Sang suami tersenyum dan mengangguk. “Tentu, istriku. Silakan.”

“Aku ingin kita menulis kekurangan satu sama lain di kertas kosong. Bukan untuk saling menyalahkan, tapi agar kita bisa saling introspeksi dan belajar menerima. Tapi kita harus berjanji, tidak ada yang boleh tersinggung, ya?”

Sang suami mengangguk mantap. “Baik. Aku setuju.”

Sang istri berdiri dan mengambil dua lembar kertas putih bersih serta dua buah pulpen. Mereka mulai menulis. Suasana kembali hening, kali ini dipenuhi dengan bunyi goresan pena dan pikiran yang dalam.

Tiga puluh menit berlalu.

“Aku sudah selesai,” ujar sang istri.

“Aku juga,” jawab sang suami.

Mereka bertukar kertas dengan lembut.

“Jangan dibaca di sini,” kata sang istri. “Bacalah di kamar, dan aku akan membaca di dapur.”

Sang suami mengangguk dan membawa kertas itu ke kamar. Ia duduk di tepi ranjang, membuka lipatan kertas, dan mulai membaca. Setiap kalimat terasa seperti cermin—menampakkan sisi-sisi dirinya yang selama ini tak disadarinya. Air mata mulai menetes, satu demi satu, membasahi pipinya. Bukan karena marah, tapi karena rasa syukur.  Ia sadar, betapa besar cinta sang istri yang masih bertahan, meski melihat banyak kekurangannya.

Sementara itu, sang istri membaca kertas dari suaminya di dapur. Namun alih-alih menemukan deretan kalimat, ia hanya melihat lembar kosong. Tidak satu pun tulisan tercoret di sana.

Dengan bingung dan sedikit kesal, ia melangkah menuju kamar.
“Sayang, kau sudah membaca tulisanku?” tanyanya, nada suaranya sedikit berubah.

Sang suami mengangguk. Air mata masih mengalir dari matanya.

“Maafkan aku, istriku… atas semua kekuranganku. Maaf karena belum bisa menjadi yang terbaik untukmu.”

Sang istri menatapnya dengan perasaan campur aduk. “Tapi… kenapa kau tidak menulis apa pun? Aku menuliskan semua kekuranganmu… supaya kita bisa saling memperbaiki.”

Sang suami memegang tangannya dengan lembut dan berkata,
“Istriku tercinta… Aku memang tidak menulis apa pun. Karena bagiku, semua kekuranganmu adalah bagian dari dirimu yang justru membuatmu istimewa. Aku menerima kamu apa adanya, bukan karena kamu sempurna… tapi karena aku mencintaimu dalam segala ketidaksempurnaanmu. Tuhan menciptakanmu untukku, dan aku bersyukur karenanya. Aku ingin menjadi pelengkap untuk menutupi kekuranganmu, bukan mencatatnya.”

Air mata sang istri mulai menetes. Ia tak sanggup menahan haru yang membuncah dalam dadanya. Ia memeluk suaminya erat-erat, seolah tak ingin melepaskan.

Banyak pertengkaran dalam rumah tangga terjadi karena ego yang tak mau mengalah. Karena ingin dicintai lebih dulu, bukan mencintai lebih dulu. Karena ingin dimengerti, bukan berusaha memahami. Karena ingin diperhatikan, bukan memberi perhatian. Kita sering lupa, bahwa cinta sejati bukan tentang menemukan pasangan yang sempurna, tapi tentang mencintai pasangan dengan cara yang sempurna.

Jangan cari yang sempurna, karena kamu bisa kehilangan yang terbaik.
Cintailah pasanganmu apa adanya, bukan ada apanya.
Sebab cinta sejati bukan tentang menuntut kesempurnaan,
melainkan tentang menerima dan tumbuh bersama dalam kekurangan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *