Serunya Mudik Lebaran Pakai Bajaj, Bukan Cuma Hemat tapi Penuh Drama!

1 April 2025, Hasil Liputan Tanggal 31 Maret 2025 waktu itu ribuan pemudik bersiap kembali ke kampung halaman dengan berbagai moda transportasi. Namun, seorang pria bernama Warman justru memilih cara tak biasa untuk mudik ke Indramayu: naik bajaj! Bersama istri dan anaknya, Warman menamakan kendaraannya “Si Biru Gaspoll” dan berangkat dengan penuh semangat.

“Mas, yakin kita naik bajaj? Kenapa nggak pakai mobil travel aja?” tanya Siti, istrinya, penuh keraguan.

Bacaan Lainnya

“Travel mahal, Sayang! Bajaj lebih hemat, bisa nyelip di kemacetan, dan yang pasti… lebih berjiwa petualang!” jawab Warman mantap.

Macet, Nyasar, dan Pertolongan Warga

Pagi-pagi, mereka berangkat dari Jakarta. Jalanan masih lengang, tapi begitu sampai Bekasi, mereka harus menghadapi kemacetan yang luar biasa.

“Duh, Mas! Ini mah bukan jalan raya, ini pameran mobil stuck!” keluh Siti sambil mengipasi anaknya yang mulai rewel.

Tak kehabisan akal, Warman memilih jalur alternatif melalui gang kecil. Awalnya tampak seperti keputusan cerdas, hingga mereka malah tersesat di permukiman padat dan bajaj mereka tersangkut di jalan sempit.

Sejumlah warga yang melihat kejadian ini pun turun tangan membantu.

“Pak, ini mah bukan bajaj, ini transformer gagal produksi!” celetuk salah seorang warga, disambut tawa orang-orang di sekitar.

Dengan gotong royong, akhirnya bajaj berhasil keluar dari gang sempit dan kembali ke jalan utama.

Bajaj Mogok, Pemudik Lelah

Perjalanan kembali lancar sampai tiba-tiba suara bajaj melemah dan akhirnya mati total di pinggir jalan.

“Ya Allah, Mas! Kenapa berhenti?!” tanya Siti panik.

“Bensinnya habis…” jawab Warman dengan wajah menyesal.

Siti hanya bisa menatap suaminya dengan tatapan penuh kebencian. Seorang tukang ojek yang melintas pun menambahkan komentar jenaka, “Bang, ini sih bukan kehabisan bensin, tapi kehabisan akal.”

Beruntung, SPBU terdekat hanya berjarak 500 meter. Warman pun terpaksa mendorong bajajnya ke sana, sementara Siti dan anak mereka menunggu di warung sambil menikmati gorengan.

Sampai di Kampung, Disambut dengan Keheranan

Setelah berbagai drama di perjalanan, akhirnya mereka tiba di Indramayu. Setibanya di rumah orang tua Warman, mereka disambut dengan ekspresi bingung dari sang ibu.

“Lho, mana mobilnya? Kok malah naik bajaj?!”

Warman dengan bangga menjawab, “Bu, ini bukan sekadar bajaj. Ini saksi perjuangan kita!”

Seorang tetangga yang mendengar cerita mereka pun menimpali, “Pak, kalau ini perjuangan, kenapa saya lebih capek dengarnya daripada yang ngalamin?”

“Ya, Bu, itu dia, perjalanan mudik yang penuh kejutan. Tahun depan, saya naik pesawat aja, deh!” jawab Warman sambil tertawa.

Siti hanya bisa menepuk jidat dan menghela napas panjang. Begitulah, mudik bajaj yang awalnya terdengar sederhana justru menjadi pengalaman tak terlupakan bagi keluarga kecil ini.

Tapi di balik semua drama itu, Warman merasa sangat bersyukur. Walaupun bajajnya sudah tua dan penuh masalah, tapi mudik kali ini memberikan makna yang tak tergantikan. Karena, yang terpenting adalah bisa berkumpul bersama keluarga dan merayakan kebersamaan di hari Lebaran.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *