Kutukan BUMDes: Legenda Desa yang Tak Kunjung Makmur

Di sebuah kerajaan kecil bernama Desa Harapan, para penduduk hidup dengan impian besar. Mereka percaya pada legenda bahwa suatu hari akan datang kekuatan ajaib bernama BUMDes, yang akan membawa kemakmuran dan menjadikan desa mereka sejahtera tanpa perlu merantau ke Kota Raksasa.

Maka, di bawah restu Raja Pemerintahan, para petinggi desa berkumpul di Aula Besar dan menciptakan BUMDes, sebuah lembaga sakti yang konon dapat mengubah desa biasa menjadi desa emas. Sebuah gapura megah pun didirikan, dengan ukiran-ukiran penuh mantra kesejahteraan. “Lihatlah,” kata para tetua desa, “kini kita memiliki BUMDes! Sebentar lagi desa kita akan makmur!”

Bacaan Lainnya

Kutukan BUMDes: Hidup Enggan, Mati Tak Mau

Namun, waktu berlalu, dan keajaiban tak juga muncul. Para penyihir desa telah menggelontorkan harta kerajaan untuk menghidupkan BUMDes, tetapi yang muncul hanyalah papan nama ajaib yang berdiri gagah tanpa kehidupan. Ladang pertanian yang dijanjikan tak kunjung berbuah, pasar desa yang dibangun tetap kosong, dan usaha perdagangan justru lebih mahal daripada warung-warung biasa.

Para pengelola BUMDes yang awalnya penuh semangat perlahan kehilangan daya magisnya. “Dana awal telah habis, mantra kesejahteraan tak kunjung bekerja,” gumam mereka dengan wajah muram. Sementara itu, sang kepala desa duduk termenung di balai desa, mengusap janggutnya dengan penuh kebingungan. Warga mulai bertanya-tanya, ke mana perginya janji-janji ajaib itu?

Oknum Gelap dan Ilusi Keuangan

Di balik bayangan istana desa, tersembunyi para Oknum Gelap yang tersenyum puas. Mereka telah menguasai seni ilusi keuangan. Bagi mereka, tugas selesai begitu emas desa mengalir. Audit? Ah, laporan bisa dibuat seindah kisah para pujangga. Keuntungan? Itu bisa diatur kemudian. Yang penting ada gulungan-gulungan laporan bertuliskan “Masih dalam tahap pengembangan.”

Harapan yang Masih Tersisa

Tentu, tidak semua desa terjebak dalam kutukan ini. Ada beberapa desa yang benar-benar berhasil membangkitkan BUMDes dan menjadikannya sumber kemakmuran. Namun, kisah mereka tenggelam dalam kabut dongeng, kalah oleh cerita tentang BUMDes yang tertidur panjang seperti sang putri dalam legenda lama.

Akhirnya, rakyat Negeri Lakon pun kembali menjalani hidup mereka seperti biasa. Sebagian memilih mencari jalan sendiri, sementara yang lain hanya bisa menatap gapura BUMDes yang berdiri megah tetapi kosong. Mereka berdoa, berharap suatu hari nanti seorang pahlawan akan datang, mengayunkan tongkat keajaiban, dan membangunkan BUMDes dari tidur panjangnya. Hingga saat itu tiba, BUMDes tetap menjadi dongeng yang diceritakan turun-temurun di bawah cahaya lentera di warung kopi desa.

Petuah : Dari kisah ini, para tetua desa selalu mengingatkan, “Keajaiban tidak datang hanya dengan mantra, tetapi dengan kerja keras dan kejujuran.” Sebab, sehebat apa pun rencana dan anggaran yang digelontorkan, tanpa pengelolaan yang baik dan niat yang tulus, semuanya hanya akan menjadi legenda kosong. Desa yang ingin makmur harus dikelola oleh mereka yang memiliki hati untuk membangun, bukan hanya tangan yang pandai menulis laporan. Sebab, seperti kata pepatah Negeri Lakon, “Papan nama bisa dibuat megah, tapi kesejahteraan rakyat tak bisa direkayasa.”

Penulis :

Toto Suranto – ToSu

# Pemerhati dan Kreatif Media 

# Iqro Media Semesta

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *