Indramayu – Dalam upaya mengatasi kekeringan yang melanda area persawahan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu mengimplementasikan program pembangunan sumur bor, irigasi perpompaan (Irpom), dan pompanisasi. Ketiga solusi tersebut memanfaatkan sumber air bawah tanah dan air permukaan untuk membantu mengairi sawah yang terdampak kekeringan, terutama sawah tadah hujan (STH) dan daerah hilir irigasi teknis yang seringkali kekurangan air.
Solusi untuk Kekeringan
Plt. Kepala DKPP Kabupaten Indramayu, Sugeng Heryanto, melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan, H. Imam Mahdi, menjelaskan bahwa pembangunan sumur bor dan Irpom merupakan solusi yang diterapkan pada lahan STH di Kecamatan Gantar, Kroya, Terisi, Cikedung, dan beberapa lahan Perhutani. Sumur bor memanfaatkan air tanah dangkal maupun dalam dengan kedalaman hingga 60 meter, di mana beberapa kasus mengharuskan swadaya masyarakat untuk menggali hingga lebih dari 60 meter.
Imam Mahdi menambahkan, pompanisasi yang memanfaatkan air permukaan dari sungai adalah langkah cepat untuk penyelamatan tanaman padi yang kekurangan air. Saat ini terdapat 900 unit pompa yang dikelola dengan sistem brigade dan hibah, tersebar di kelompok tani dan Badan Penyuluh Pertanian (BPP).
Kondisi Ekstrim dan Upaya Pemerintah
Kondisi kekeringan tahun ini semakin parah karena musim tanam padi (MT) II atau Gadu mundur ke bulan Juli, sementara MT I juga mundur hingga bulan Maret. Akibatnya, MT II bertepatan dengan musim kemarau, membuat sawah di wilayah hilir kekurangan pasokan air yang sangat diperlukan oleh tanaman padi.
Menurut Imam, “Tanaman padi memang bukan tanaman air, tapi tetap memerlukan air untuk tumbuh dengan baik. Kondisi ini berisiko tinggi, terutama di daerah hilir yang kekurangan pasokan air irigasi.”
Percepatan Pola Tanam
Imam Mahdi juga menyinggung rencana percepatan pola tanam untuk MT I 2024-2025, yang diupayakan bisa dimulai pada bulan November. Jika percepatan ini berhasil, MT II bisa maju ke bulan April, memungkinkan terjadinya MT III yang akan memanfaatkan sumur bor, Irpom, dan pompanisasi untuk menarik air.
Pemerintah juga mengantisipasi kekeringan di wilayah Kecamatan Kandanghaur, yang meskipun berada di daerah irigasi teknis, kerap kali kekurangan air karena lokasinya di hilir Saluran Induk Cipelang Barat dan Daerah Irigasi Bendung Salamdarma. Petani di wilayah tersebut sering harus memompa air secara mandiri, meskipun pada akhirnya tetap kehabisan air.
“Pemerintah terus berupaya memberikan solusi bagi petani yang terdampak kekeringan. Langkah-langkah seperti pembangunan sumur bor, Irpom, dan pompanisasi diharapkan dapat membantu mengatasi krisis air di lahan persawahan,” tutup Imam Mahdi. (**)